KALENDAR KULIAH PENGAJIAN SURAU AN-NUR

Tuesday, April 20, 2010

Monday, April 19, 2010

Inspirasi dari Kisah Sebatang Pohon Epal


Oleh : Syarif Hadiyani
Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon epal besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon epal itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rendang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon epal itu. Demikian pula, pohon epal sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon epal itu setiap harinya. Suatu hari dia mendatangi pohon epal. Wajahnya tampak sedih. "Mari ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon epal itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya wang untuk membelinya." Pohon epal itu menyahut, "Aduhai, maaf aku pun tak punya wang... tetapi kau boleh mengambil semua buah epalku dan menjualnya. Kau boleh mendapatkan wang untuk membeli mainan kegemaranmu. " Anak lelaki itu sangat gembira. Dia lalu memetik semua buah epal yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi.

Pohon epal itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon epal sangat senang melihatnya datang. "Marilah bermain-main denganku lagi." kata pohon epal. "Aku tak ada waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami memerlukan rumah untuk tempat tinggal. Mahukah kau menolongku?" "Aduhai, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangunkan rumahmu." kata pohon epal.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon epal itu dan pergi dengan gembira. Pohon epal itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi.

Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon epal merasa sangat suka hati menyambutnya. "Marilah bermain-main lagi denganku." Kata pohon epal. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berhibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk bersiar?". "Aduh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah ." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon epal itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Dia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon epal itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf, anakku," kata pohon epal itu. "Aku sudah tak memiliki buah epal lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah epalmu." Jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang boleh kau panjat," kata pohon epal. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang boleh aku berikan padamu.Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon epal itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku hanya menginginkan tempat untuk beristirehat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirehat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirehatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon epal itu sangat gembira dan tersenyum sambil menitiskan air matanya.

KESIMPULAN
Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon epal itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh membesar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang boleh mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Kamu mungkin berfikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi kadang begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Baca lagi...

Tuesday, April 13, 2010

Pemuda Meraih Husnul Khatimah Di Jalan Tol

Subhanallah, jika lidah si hamba terbiasa dengan zikirullah SWT, maka di penghujung ajalnya dia akan mendapat penghargaan yang tinggi, dia tidak akan mengucapkan kata-kata lain selain berzikir kepada Allah, al-Maula SWT. Berikut ini kisah pemuda yang meninggal dunia di jalan tol dengan prestasi ‘Husnul Khatimah’.

Seorang petugas jalan tol bercerita: "Suatu ketika sebuah kereta lalu di jalan tol dipandu seorang pemuda dengan kecepatan sederhana. Tiba-tiba keretanya mogok di terowo-ngan. Ia pun turun untuk memeriksa keretanya, tanpa disangka dari arah belakang ia dilanggar oleh kereta lain sehingga ia mengalami cedera parah.”

Maka kami pun membawanya dengan kereta sambil menghubungi hospital. Sewaktu kami meletakkannya dalam kereta kami, kami mendengar-nya membaca Al-Qur'an dengan suara merdu. Subhanallah pada waktu ini saya yakin dia akan meninggal dalam keadaan mulia. Ia terus membaca Al-Qur'an, saya pun menoleh kebelakang dan saya lihat pemuda itu sedang mengacungkan jari telunjuknya sembari mengucap ‘kalimah syahadah’, sejurus kemudian kepalanya terkulai. Saya melompat ke belakang ternyata pemuda itu sudah tiada. Ia telah kembali ke rahmatullah, dengan belaian ‘inayah dan rahmat Ilahi.

Saya lalu merenung dan menatapnya sambil meneteskan air mata. Saya memberitahu sahabat saya bahwa ia sudah meninggal. Sahabat saya pun menangis dengan dahsyatnya, sementara saya menangis tersedu-sedu. Air mata saya mengalir tiada henti. Keadaan kami di dalam kereta sungguh sangat mengharukan.
Kami membawa jenazahnya ke hospital sambil menghubungi keluarga-nya serta menceritakan apa yang terjadi pada pemuda mulia ini sehingga dia menemui Tuhannya. Keluarganya menceritakan sisi positif kehidupan pemuda soleh ini bahawa dia memang selalu berziarah ke makam neneknya di kampung, ia selalu bersedekah kepada para ibu tunggal, anak-anak yatim dan fakir miskin sehingga penduduk kampung sangat mengenal pemuda berhati mulia ini.

Keluarganya juga mencerita-kan bahawa pemuda soleh ini juga sering memanfaatkan perjalanan pan-jang ke kampung dengan membaca dan menghafal al-Quran dan mengulang-ngulangnya serta mendengar kaset-kaset pengajian dan ceramah agama yang bermanfaat.

Ya Allah Ya Rabbana bimbinglah kami menuju perkara yang Engkau redhai dan Engkau Cintai dari segala perbuatan, perkataan, fikiran kami, dan kerja hati kami. Kurniakanlah kami kesihatan bagi memanfaatkan sisa usia kami yang sangat mahal, dan kurniakanlah kami ‘Husnul Khatimah’, Amiin !!!

Rumusan termasuk sisi positif kehidupan pemuda mulia ini memiliki ‘4R’ berikut:

- Rajin ziarah kubur

- Rajin bersedekah

- Rajin membaca al-Quran

- Rajin mengikuti ceramah agama


Nota :

Alhamdulillah, artikel ini diedarkan dengan beberapa perubahan oleh: Ust Ahmad Asri Lubis. Telah disemak-ulang di Lapangan Terbang Bandar Seri Begawan, (11-04-2010), sambil menunggu pesawat airasia BSB-KL.

Baca lagi...

Ceramah Agama Oleh Ustaz Dato' Ismail Kamus Pada 15hb April 2010

Nota : Ceramah ini adalah ganti kuliah Pengajian Kitab Fikah Imam Syafie oleh Ust Dato' Dr Haron Din yang sekarang ini sedang mengerjakan Umrah.

surauannur.net
Baca lagi...

Apabila Hati Lembut...


Apabila hati lembut...maka Allah akan diagungkan
Apabila hati lembut...maka diri akan direndahkan
Apabila hati lembut...maka Allah akan dimuliakan
Apabila hati lembut...maka diri ini akan dihinakan di hadapan Allah
Apabila hati lembut...maka akhirat akan diutamakan daripada dunia
Apabila hati lembut...maka perintah Allah akan didahulukan
Apabila hati lembut...maka jadilah individu yang mulia

oleh Ustaz Dr Musthafa Umar @ Surau An-Nur
3hb April 2010

Baca lagi...

Sunday, April 11, 2010

Kelahiran di Sebalik Kematian Oleh Saifulislam

Cara Kerja Allah sungguh misteri, tetapi harmoni!

“Kami mahu menjemput Imam untuk solat jenazah di Funeral Home!” kata pegawai polis tersebut.

Bingung.

Solat jenazah.

Di Funeral Home?

Saya kehairanan.

“Siapa yang meninggal dunia?” saya bertanya.

“Seorang kanak-kanak perempuan berusia lima tahun” jawab pegawai polis itu.

“Baiklah. Saya panggil beberapa orang lagi dan kita berangkat 10 minit lagi” saya bersetuju.

Tengah hari itu saya berjaya mengumpulkan kira-kira 7 orang jemaah masjid. Kami bertolak ke Funeral Home itu dengan sebuah kereta limosin hitam yang disediakan oleh pihak gereja. Di sepanjang perjalanan, saya masih tidak jelas dengan majlis yang bakal kami hadiri.

Perjalanan ke Funeral Home yang terletak di pinggir Belfast Selatan itu tidak memakan masa yang panjang. Kelihatan di perkarangan bangunan, banyak kereta dan orang ramai yang berpakaian hitam.

Suasana diselubungi kesedihan.

Pegawai polis yang membawa kami, memperkenalkan saya kepada seorang wanita Irish. Beliau berusia dalam lingkungan akhir 20′an.

“Oh, inikah Imam tersebut?” tanya beliau.

“Ya. Perkenalkan, Mr. Hasrizal” kata pegawai polis itu kepada wanita tersebut.

“Oh, terima kasih Mr. Imam. Saya Jenny, ibu kepada Mary” beliau memperkenalkan diri kepada saya.

Saya perasan yang Jenny tidak menghulurkan tangan untuk bersalam. Bagus sekali.

“Maafkan saya. Saya menumpang sedih atas kematian anak puan. Bagaimana semua itu berlaku?” saya bertanya.

“Entahlah. Kami bangun pagi dan Mary sudah pun meninggal dunia di dalam tidurnya” kata Jenny.

Sungguh tragis. Seorang kanak-kanak berusia lima tahun yang sihat, tiba-tiba ditemui meninggal dunia di dalam tidurnya. Saya segera teringatkan Saiful Islam yang masih kecil di rumah. Sesungguhnya setiap hari anak kita berjaya bangun daripada tidurnya dan bernafas, ia adalah anugerah Allah buatnya dan buat kita. Setiap hari adalah survival. Terasa benar betapa fragile seorang bayi. Betapa perlunya ibu dan bapa memberikan kepadanya sebaik-baik penjagaan.

“Perkenalkan ini Mustafa, suami saya!” kata Jenny.

Saya menghulurkan tangan beriringan dengan senyuman.

Mustafa berpaling ke arah lain. Enggan bersalaman dengan saya.

Saya agak terkejut. Terkejut dengan penampilannya yang rugged dan beranting-anting. Terkejut kerana namanya Mustafa, seorang Muslim dari Algeria. Terkejut kerana dia enggan bersalaman dengan saya. Terkejut kerana isterinya yang Jenny itu pula yang mengusahakan kedatangan saya dan rombongan masjid untuk menyembahyangkan jenazah anak mereka, Mary.

“Maaf saya, Imam. Dia kesedihan” kata Jenny.

“Tak mengapa. Saya juga kalau berada di tempatnya, pasti sedih dan sukar untuk berkelakuan biasa” saya menjawab.

“Saya seorang Katholik. Tetapi saya mahu Mary disembahyangkan sebagai seorang Muslim. Saya yang menghubungi pihak polis meminta mereka mencari masjid dan Imam” jelas Jenny lagi.

Perlahan-lahan saya dan jemaah masjid melangkah masuk ke dewan. Saudara-mara mereka sudah memenuhi dewan. Sesungguhnya ia merupakan suatu pengalaman baru yang sungguh menguji keyakinan diri saya. Tidak pernah saya membayangkan boleh berada di dalam suasana seperti ini, suatu hari nanti.

Saya berdiri di sisi keranda.

Seorang anak kecil tidak seperti sekujur mayat.

Wajahnya ada senyuman.

Rambut dipintal cantik.

Baju gaun putih sungguh berseri.

Saya hampir terlupa, anak kecil yang ‘tidur’ itu telah tidur yang tidak akan menjengah pagi. Pergi tak kembali.

Sebak dada menahan mata yang semakin berkaca.

“Tidurlah sayang. Allah mengasihimu” saya berbisik perlahan.

Keranda kecil itu kami betulkan posisinya agar bertepatan dengan Kiblat. Cuba mencari ruang yang bersih daripada patung Jesus dan gambar-gambar yang tidak kena untuk berada di hadapan kami yang mahu mengangkat Takbir.

Saya, Jamal, As’ad, Ahmad dan beberapa orang lagi jemaah Masjid yang hadir mengerjakan solat jenazah untuk melunaskan hak anak kecil itu ke atas kami. Semoga anak itu berehat di alam sana. Saya terkilan kerana ayahnya, Mustafa, enggan menyertai solat jenazah kami ke atas anaknya yang ‘malang’ itu. Beliau hanya duduk bersama keluarga isterinya yang Katholik itu, memerhatikan kami bersolat.

Selesai solat didirikan, saya dikehendaki memberikan sepatah dua kata.

Aduh!

Apa yang mahu saya ucapkan? Di hadapan orang Irish itu? Katholik? Suasana sedih?

Saban hari, ada sahaja tugas baru yang tidak pernah berada di dalam jangkaan saya. Setiap hari adalah cabaran. Kemahuan dakwah dan khidmat tidak cukup. Saya perlu ada keberanian untuk melakukan apa yang perlu.

Just do it!

“Silakan Imam!” kata pengerusi majlis.

Tersentak saya daripada lamunan.

“Encik Mustafa, Puan Jenny, ahli keluarga dan rakan-rakan yang hadir. Hari ini adalah hari yang sedih buat semua. Sedih buat Encik Mustafa dan Puan Jenny, sedih untuk kita semua dan sedih untuk saya, seorang bapa kepada seorang anak kecil. Ia sedih untuk kita semua. Tetapi kesedihan itu mungkin boleh dikurangkan dengan berfikir tentang sesuatu yang gembira…” saya memulakan bicara.

Cuba untuk empati, dan memilih perkataan yang betul dalam keadaan emosi semua orang yang begitu rapuh.

“Di sisi Islam, setiap bayi yang lahir, tanpa mengira siapa bapa dan siapa ibunya, apa warna kulit dan di bumi mana kelahirannya, setiap bayi lahir suci. Penuh potensi untuk kehidupan. Mary meninggalkan kita ketika beliau belum mencapai usia baligh. Beliau suci dan dengan kesucian itu, beliau kita berada di tempat yang terbaik di sisi Tuhan. Dan jika kita biasa membayangkan bahawa anak-anak akan mengebumikan ibu bapa yang mati sakit tua, hakikatnya di dalam hidup ini boleh sahaja berlaku, ibu dan bapa yang menghantar anak pergi. Semua itu adalah cara Tuhan memberitahu kita, bahawa kita semua adalah milik-Nya” saya menyudahkan ucapan.

Pada saat yang sedemikian itu kekuasaan memberi pertolongan hanya tertentu bagi Allah, Tuhan yang sebenar-benarnya; Dia lah sebaik-baik pemberi pahala, dan sebaik-baik pemberi kesudahan yang berbahagia (kepada hamba-hambaNya yang taat)” [al-Kahf 18: 44]

Ucapan ringkas saya itu mendapat tepukan yang positif daripada sekalian mereka yang hadir.

Saya menarik nafas lega. Dan dalam kelegaan itu, ungkapan sebenarnya adalah ALHAMDULILLAH.

“Bagaimana dengan pengebumian? Apakah kita mahu biarkan sahaja anak itu dikebumikan di tanah perkuburan Kristian?” bisik salah seorang ahli rombongan masjid yang hadir.

“Apakah salib yang bakal dipacak di atas keranda budak itu akan mengubah nasibnya di kubur? Semua itu bukan keutamaan kita. Berpeluang mengerjakan solat jenazahnya pun sudah merupakan nikmat yang besar buat kita. Jika pengebumian di kubur bukan Islam itu satu isu, serahkanlah ia kepada Encik Mustafa, bapanya. Apa yang penting, amalan si mati. Dan untuk almarhumah Mary, tiada apa yang perlu kita khuatirkan. Pengebumian untuk dia, bukan untuk kita!” saya menjawab.

Lelaki itu berpuas hati.

Beliau beredar meninggalkan dewan Funeral Home itu bersama kami.

Di dalam perjalanan pulang, fikiran saya berkecamuk. Antara sedih dan lega. Sedih memikirkan keadaan Mary. Tetapi lega Allah ‘mengambilnya’ semula pada usia semuda itu. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana Mary akan membesar dengan baik jika ibunya yang Kristian Katholik itu bersungguh dengan Islam, manakala bapanya yang Muslim itu pula, entah di mana Islamnya.

BEBERAPA HARI SELEPAS ITU

Pengalaman menyembahyangkan jenazah seorang anak kecil yang ibunya Kristian Katholik dan bapanya Muslim, adalah sesuatu yang tidak pernah berada di dalam bayangan saya semasa menerima perlantikan sebagai Imam di Belfast Islamic Centre. Saya tahu di Belfast memang ada sejumlah Muslim yang mengahwini Irish Kristian dengan peruntukan Syariah dalam perkahwinan Kitabiyyah. Apa yang sering merunsingkan saya adalah pada memikirkan nasib anak-anak daripada perkahwinan itu.

“Assalamualaikum, Imam” tiba-tiba Ahmad memanggil saya.

“Wa ‘alaikum al-Salaam. Silakan!” saya menjawab salam.

“Ada seorang pemuda bernama Jonathan. Beliau mahu bertemu dengan Imam” jelas Ahmad.

Saya mempersilakan Jonathan masuk ke pejabat. Wajahnya seperti pernah saya lihat tetapi tidak pasti di mana.

“Imam tidak ingat saya, barangkali. Saya hadir di majlis penghormatan terakhir ke atas baby Mary minggu lalu. Saya sepupunya” Jonathan memperkenalkan diri.

“Oh begitu. Maafkan saya. Bagaimana Jenny dan suaminya?” saya bertanya.

“Mereka berada di dalam keadaan yang baik. Terutamanya ibu saudara saya, Jenny. Dia memang seorang yang cekal” terang Jonathan.

“Apa hajat saudara datang ke masjid ini? Insya Allah saya cuba membantu” saya terus kepada urusan utama.

“Semasa kami mendapat tahu Mary meninggal dunia, semua orang marahkan Jenny. Beliau menangguh-nangguhkan Baptism ke atas Mary sehingga Mary mati. Kami semua bimbang dengan keadaan Mary yang tidak dibersihkan daripada original sin dan ini menyulitkannya nanti untuk berinteraksi dengan Divine Life. Tetapi ucapan Tuan Imam selepas sembahyang itu mengubah segalanya. Saya terkejut apabila tuan katakan bahawa, menurut Islam Mary mati dalam keadaan yang bersih!” cerita Jonathan.

“Benar. Bukankah itu juga yang sepatutnya?” saya menyoal lagi.

“Ya, kami semua mahu percaya bahawa Mary suci. Susah sekali mahu membayangkan seorang yang kecil, suci dan bersih seperti Mary, mati sebagai manusia berdosa. Tetapi Islam menepati perasaan sebenar kami” ujar Jonathan lagi.

Saya terkasima.

Ucapan ringkas dan spontan saya tempoh hari amat hambar dan terlalu biasa buat saya. Rupa-rupanya impak ucapan itu besar kepada yang mendengarnya.

“Saya mahu belajar tentang Islam” kata Jonathan.

Masya Allah… benarlah Islam itu fitrah.

Kematian Mary, adalah untuk ‘melahirkan semula’ Jonathan, seorang anak muda.

Jonathan, selamat datang ke agama fitrah!

Hebat sungguh perancangan-Mu!

ABU SAIF @ www.saifulislam.com
Baca lagi...

Saturday, April 3, 2010

Friday, April 2, 2010

Rakaman : Kuliah Maghrib Oleh Ustaz Hasrizal Abd Jamil Pada 10hb Mac 2010

OLEH : USTAZ HASRIZAL ABD JAMIL A.K.A SAIFULISLAM
TARIKH : 10hb Mac 2010
TEMPAT : Surau An-Nur, Bandar Baru Bangi
RAKAMAN : | muat turun |

Terimakasih Encik Arman atas rakaman
Baca lagi...

Makluman : Kelas Mengaji Al-Quran & Tajwid Di Masjid Jamek Kajang

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

Memohon kerjasama bagi mengubahkan peluang belajar mengaji al-Quran dan tajwid secara Iqra' kepada semua yang berminat khasnya di kawasan Kajang.

Pengajar : Saudara Rizal
Lulusan : Diploma Bahasa Arab dari Universiti Al-Azhar, Mesir
Ditauliahkan untuk mengajar ilmu Al-Quran oleh Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS)

Kelas diadakan seperti berikut :

HARI :
i. hari Isnin (malam Selasa),
ii. hari Rabu (malam Khamis),
iii. hari Khamis (malam Jumaat); dan
iv. hari Jumaat (malam Sabtu)

MASA :
Jam 9.30 malam - 11.00 malam

TEMPAT :
Masjid Jamek Kajang, Selangor

YURAN :
RM20 seorang setiap bulan

Untuk makluman semua, saudara Rizal ini berhasrat untuk menunaikan ibadah umrah pada 16 Mei 2010 dengan kos RM4,260. Setakat ini, beliau sudah pun menyimpan sebanyak RM2,000 atas usaha beliau sendiri dan memandangkan beliau seorang OKU yang berkerusi roda (wheel chair bound) dan tidak bekerja, beliau amat memerlukan tambahan pembiayaan lagi.

Antara usaha beliau ialah mengajar Al-Qur'an dan Tajwid. Sekiranya tuan-tuan dan puan-puan sudi menghulurkan sumbangan, tuan-tuan dan puan-puan boleh menghubungi beliau sendiri.

Sekiranya tuan-tuan dan puan-puan ataupun sesiapa sahaj yang berhasrat untu mengikuti kelas beliau, beliau boleh dihubungi di talian: Rizal @ 019-349 3494.

Tuan-tuan dan puan-puan-puan juga boleh menghubungi saya untuk segala kepastian berhubung perkara ini di talian: Ikhbal @ 012-269 5204.

Sekian, terima kasih.
Baca lagi...

Thursday, April 1, 2010

Cadangan Khidmat Ruangan Jodoh

Salam semua

Untuk makluman semua poll ini telahpun ditutup. Saya ingin mengucapkan jutaan terima kasih kepada para pengunjung yang telah memberikan undi.


Seramai 119 pengunjung telah mengundi dengan 76% iaitu seramai 90 orang telah mengundi bersetuju ruang Khidmat Jodoh diadakan di blog ini.

Manakala seramai 29 orang pula tidak bersetuju.

InsyaALLAH perkara ini akan dibincangkan untuk mendapatkan keputusan yang terbaik kepada semua orang.

Pihak kami akan memaklumkan kepada anda semua keputusan terakhir dalam masa terdekat nanti.



Harapan kami semoga keputusan yang akan dibuat akan memberikan kebaikan kepada semua pihak.

Sekian, terima kasih.

lamanannur
Baca lagi...

Teater Dalam Surau An-Nur : Menunggu Kata Dari Tuhan

Baca lagi...